Perancanaan pendidikan orang dewasa adalah segala bentuk komponen,
perencanaan pendidikan, perencanaan partisipatif, peristiwa pengajaran dan
rancangan pengajaran untuk melakukan pendidikan kepada orang dewasa yang
dapat berjalan sesuai dengan prinsip – prinsip pendidikan orang dewasa.
B. Komponen perencanaan pendidikan
Setiap perencanaan pendidikan, apapun jenis pendidikannya, pada dasarnya
mempunyai komponen yang sama. Berdasarkan pemikiran demikian, komponen
perencanaan pendidikan luar sekolah menurut Rahman (1989) dapat dianggap
sebagai komponen perencanaan pendidikan orang dewasa. Komponen tersebut
adalah sebagai berikut
1. Peserta didik. Dalam pendidikan luar sekolah (termasuk pendidikan orang
dewasa) harus mempertimbangkan kondisi peserta didik, seperti perbedaan
umur, kelamin, sosial, ekonomi, latar belakang, pengalaman dan sebagainya.
2. Tujuan belajar. Pendekatannya lebih berat pada peningkatan kemampuan dan
keterampilan praktis dalam waktu sesingkat mungkin untuk mencukupi
keperluan hidupnya.
3. Sumber belajar (pembimbing). Diupayakan sumber belajar ini diambil dari
warga masyarakat setempat sendiri. Hal ini karena warga masyarakat setempat
biasanya sudah mengenal keadaan masyarakatnya sendiri secara rinci.
4. Kurikulum. Kurikukum untuk pendidikan luar sekolah (termasuk pendidikan
orang dewasa) biasanya sangat sederhana dan sesuai kebijakan pemerintah
setempat. Mengandung pengetahuan dasar dam praktis.
5. Organisasi pelaksana. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam
organisasi pelaksana adalah siapa pelaksananya, apa kegiatannya, bagaimana
susunan personalianya, apa perlengkapannya, dari mana sumber dananya, dan
siapa penanggung jawabnya.
6. Kondisi masyarakat setempat. Dalam menyusun rencana pembelajaran perlu
dipertimbangkan kondisi masyarakat setempat. Harus dihindari rencana yang
muluk-muluk karena dapat menimbulkan ketidaksesuaian dengan kondisi
masyarakat setempat.
7. Kemanfaatan langsung. Isi program pendidikan harus berhubungan atau
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
8. Struktur organisasi. Struktur organisasi diupayakan sesederhana mungkin,
perlu dihindari organisasi yang rumit dan berbelit-belit.
Dalam perencanaan pendidikan, ada hal-hal yang perlu diperhatiakn (Rahman,
1989), antara lain sebagai berikut.
1. Penemuan yang telah ada sebelumnya. Hasil penelitian yang telah ada
sebelumnya dapat bermanfaat dalam menyusun perencanaan pendidikan.
2. Perlunya penelilitian keadaan lokasi. Penelitian langsung ke sasaran
lokasi perlu dilakukan untuk memastikan keadaan lokasi yang sebenarnya.
3. Perkiraan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan masyarakat sangat penting untuk
menyusun kerangka kerja yang jelas. Contoh kerangka kerja : a) dasar dan
fungsional-kesehatan, perawatan, pemeliharaan anak, b)
kejuruaan-keterampilan untuk mencari kerja c) kewarganegaraan atau
sosial-kerja sama, perbaikan kemasyarakatan, pengertian tentang sosial
ekonomi dan kekuatan politik, d) kejiwaan-sikap positif dan kontrol diri,
dan e) moral-nilai keahlian
4. Penyusunan skala prioritas. Dasar dalam menyusun prioritas adalah
kebijakan pemerintah, harapan dan dukungan, baik dari dalam (seperti
penyelanggara, warga belajar, fasilitator, sponsor) maupun dari luar (bukan
partisipan)
5. Penyusunan skala tujuan dan strategi. Termasuk perumusan tujuan umum,
tujuan khusus, dan strateginya.
6. Rancangan implementasi. Rancangan pelaksanaan kegiatan dan pengenalan
dampak yang akan ditimbulkannya, dan siapa yang akan bertanggung jawab
disetiap kegiatan.
7. Penetapan waktu pelaksanaan. Suatu kegiatan selalu memerlukan waktu, dan
waktu itu perlu ditetapkan.
8. Penilaian. Penilaian sebaiknya direncanakan bersamaan dengan penentuan
tujuan, Perencanaan penilaian ini termasuk siapa yang akan menangani
penilaian, siapa yang akan bertanggung jawab, kapan waktu penilaian,dan
bagaimana data dikumpulkan.
C. Perencanaan Partisipatif
Dalam perkembangannya pendidikan orang dewasa saat ini lebih banyak
menggunakan metode partisipatif, dimana semua pihak yang terkait dalam
pendidikan dilibatkan dalam proses pendidikan mulai dari dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasinya.
1.
Prinsip Perencanaan Partisipatif
Prinsip perencanaan partisipatif adalah sebagai berikut (Pidarta, 1988).
a. Hubungan dengan masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan masyarakat
perlu ada hubungan yang harmonis, saling kerja sama, saling memberi, dan
saling menerima
b. Partisipan. Pihak yang layak diikutsertakan dalam perencanaan pendidikan
harus memenuhi syarat sebagai berikut
- Tertarik akan masalah-masalah pendidikan
- Mau belajar dan ahli perecanaan pendidikan
- Memiliki kemampuan intelektual sebagai perencanaan
- Paham masalah pendidikan
- Merupakan anggota kelompok yang dapat bekerja efektif.
c. Teknik keja kelompok tiga teknik kerja kelompok yang dianjurkan: (1)
pertemuan kelompok, (2) proses kelompok nominal, dan (3) teknik delphi
d. Ramalan dan pembuatan program. Ramalan (forcasting) mempunyai
arti: (1) ramalan yang terbatas, yakni perkiraan yang akan terjadi di
organisasi pendidikan atau dalam masyarakat lingkungan lembaga pendidikan,
dan (2) ramalan yang lebih luas, yakni perkiraan kegiatan atau program
organisasinya yang sesuai dengan hasil ramalan terhadap lingkunganya
e. Pengambilan keputusan dalam hal ini yang berwenang mengambil keputusan
adalah manajer tertinggi, tim manajer, atau pejabat lain yang ditunjuk.
Dasar kekuatan pengambilan ada lima, yakni (1) paksaan, (2) hadiah, (3)
referensi, (4) peraturan/hukum, dan (5) keahlian. Paksaan dilakukan jika
terpaksa dalam keadaan darurat. Hadiah diberikan kepada seseorang yang
berprestasi. Keputusan bedasarkan referensi akan terjadi jika bawahan
menyetujuinya. Peraturan akan berjalan jika sah menurut peraturan/hukum
yang berlaku. Suatu keputusan disebut keputusan atas dasar keahlian jika
keputusan dilakukan oleh seorang ahli.
2.
Prosedur Perencanaan Partisipatif
Menurut kesimpulan yang diambil oleh Pidarta(1988) setelah mencermati
pendapat Mophet(1972), Cunningham(1982), Robins(1982), dan McAshan(1983),
prosedur perencanaan partisipatif adalah sebagai berikut:
a. Menemukan kebutuhan atas dasar antisipasi terhadap perubahan lingkungan
b. Melakukan ramalan dan menentukan program, tujuan, misi perencanaan
prioritas
c. Menspesifikasi tujuan
d. Menentukan standar perfomansi
e. Menentukan alat/metode/alternatif pemecahan
f. Melakukan implmentasi dan menilai
g. Mengadakan riview
D. Peristiwa pengajaran pendidikan orang dewasa
Dalam pendidikan orang dewasa, terdapat proses belajar mengajar diantara
peserta didik dan pendidiknya dari sudut pandang pendidik, proses itu
disebut dengan peristiwa pengajaran. Menurut Gange & Briggs (1974)
peristiwa pengajaran adalah dirancang untuk membuat peserta didik bergerak
dari “di mana ia berada” pada saat pengajaran menuju pencapaian kemampuan
yang telah ditetapkan dalam tujuan khusus pengajaran. Pada umumnya,
peristiwa pengajaran ini perlu disusun secara hati – hati oleh perancang
pengajaran sebagai peristiwa yang dikenakan secara eksternal kepada peseta
didik. Jika diamati peristiwa pengajaran tidak lain adalah kegiatan
pembimbing untuk memberi rangsangan eksternal kepada peserta didik agar
proses belajar mereka lebih cepat.
Bentuk komunikasi kepada peserta tidak dapat ditentukan dan berlaku untuk
semua pelajaran, tetapi harus ditentukan untuk setiap pelajaran.Komunikasi
tertentu dipilih harus sesuai dengan lingkungan yang dirancang agar
mempunyai pengaruh langsung yang diinginkan terhadap peserta
didik.Peristiwa pengajaranmempunyai fungsi sebagai berikut (Gange, 1968).
1. Memperoleh perhatian peserta didik
2. Memberitahu tujuan khusus pengajaran kepada peserta didik
3. Membantu peserta didik mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki
4. Menyajikan materi pengajaran
5. Memberi bimbingan belajar
6. Memperoleh performansi
7. Memberi umpan balik tentang perbaikan performansi (jika performansi
peserta didik salah)
8. Menilai performansi peserta didik
9. Meningkatkan retensi dan transfer
E. Rancangan Pengajaran Pendidikan 0rang Dewasa.
Dalam pendidikan orang dewasa perlu adanya rancangan pengajaran agar proses
pengajaran orang dewasa dapat berjalan dengan lancer. Rancangan pengajaran
berdasarkan pendekatan sistem menurut Dick & Carcy (1985) dan Hunnum
& Briggs (1984) dalam Munandir (1987) mempunyai prosedur : (1)
identifikasi tujuan umum pengajaran, (2) melakukan analisis pengajaran, (3)
identifikasi tingkah laku masukan dan ciri peserta didik, (4) merumuskan
tujuan performansi, (5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, (6)
mengembangkan strategi pengajaran, (7) mengembangkan dan memilih materi
pengakaran, (8) merancang dan melakukan evaluasi formatif, (9) merevisi
bahan pengajaran, dan (10) merancang dan melakukan evaluasi sumatif.
Sumber :
Dr. Ir. H. Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, Dari Teori Hingga Aplikasi,
Penerbit Bumi Aksara, Banjarbaru, 2012
Komentar
Posting Komentar